Salman Azis Alsyafdi |
Modal utama berusaha
adalah kemauan dan kreativitas, bukan uang. Salman Azis Alsyafdi telah
membuktikannya. Bisnisnya dirintis tanpa modal uang sepeserpun. Yang
dilakukannya adalah jual beli.
Begini kisahnya. Pada
tahun 2003, sebagai siswa SMU Insan Cendekia Sekolah Berasrama (boarding
school) di Serpong, Salman dan kawan-kawan tak jarang merasa bosan dengan menu
makanan yang disediakan pihak asrama. Mau mencoba makanan lain tidak bisa ,
tidak ada kantin yang menjual jajanan.
Namun justru hal ini menjadikan Slaman
punya ide. Ia menanyakan siapa saja yang ingin membeli makanan diluar. Llau
bersama rekannya, ia naik sepeda bersama temannya mencari penjual nasi goreng
yang murah dan enak dan menjualnya kembali ke teman-teman.
Usaha ini tak membutuhkan
modal sama sekali karena ia telah menerima uang pembayaran nasi goreng dari
teman-temannya saat pesan. Salman melakukan hal itu karena saat SMU ia telah
diberi hadiah oleh bapaknya berupa buku Rich Dad Poor Dad. Ia mengaku menemukan
pilihan hidup lebih menarik karena terinspirasi oleh buku tersebut, yaitu
pilihan hidup menjadi pengusaha.
Lulus dari asrama ini,
Salman diterima di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Melihat
buku-buku teks kuliah yang tebal dan besar, terbesit gagasan untuk berjualan
fotokopian buku. Ia kemudian mengumumkan pada teman-temannya, siapa saja yang
bersedia memesann ke dirinya. Dari situ ia mendapatkan keuntungan yang lumayan
banyak.
Salman tak pernah berhenti
mencari peluang baru. Ia mengamati banyak sekali mahasiswa yang butuh komputer,
sarana wajib bagi perkuliahan mereka. Dengan sigap Salman menyergap peluang
besar ini. Pada semester kedua ia mulai menjual komputer rakitan. “Sebelumnya
saya harus keliling glodok untuk mencari penjual komputer yang harganya
termurah, ketika pesanan datang, ia langsung menelepon toko tersebut agar
segera merakitkan komputer sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
Mengubah Masalah
Menjadi Peluang
Warnet Gue |
Salah satu keunggulan Salman
adalah kejeliannya mengubah masalah menjadi peluang uasaha baginya. Saat itu
kebutuhan internet sangat tinggi, iapun berfikir membuka usaha warnet di situ.
Salman kemudian mengajukan permintaan untuk menyewa ruangan asrama untuk
dijadikan warnet.
Usulannya disetujui.
Segera Salman mencari modal untuk warnet barunya. Biaya membuka warnet cukup
tinggi untuk ukuran mahasiswa saat itu yaitu sekitar 38 juta. Ia kemudian
mencari rekanan yang bersedia mmeberikan modal 19 juta dan yang 19 juta dari Salman sendiri. “ Tetapi waktu itu saya hanya
punya 9 juta dari hasil usaha yang dulu. Yang 10 juta belum tahu harus dari
mana,” kenangnya.
Ia kemudian menyampaikan
hal ini pada orang tuanya. Gayung pun bersambut, untunglah orangtua Salman
sangat mendukung pola berfikir Salmann yang ingin wirausaha. Salman kemudian
segera membuka warnet tersebut. Dengan melakukan hal ini, ia mendapatkan efek
ganda. Pertama, ia mendapatkan uang yang dibutuhkannya untuk modal dan kedua
itu akan memotivasinya untuk berusaha secara habis-habisan. “Kalau saya gagal
saya akan kelaparan, maka saya tak boleh gagal,” katanya.
Warnet ini kemudian
diberi nama Warnet Gue agar pelanggan merasa memiliki dan terus mengunjunginya.
Pelanggannya tentulah mahasiswa sekitar. Salman juga melakukan promosi diluar
kampus dengan meletakkan berbagai brosur di halte bus dan fakultas-fakultas
lain.
Sukses dengan usaha
warnet di asrama UI, Salman melebarkan sayap ke luar kampus. Pada 2006 Warnet
Gue membuka gerai ke dua di sekitar stasiun Universitas Pancasila. Rupanya ini
tak disukai pesaingnya. Mereka tidak suka Salman menjual servis printing 300
per lembar sedangkan mereka menjual 400 per lembar. “Saya menolak mengikuti
kemauan mereka untuk menaikkan harga,” katanya.
Ternyata penolakan ini
berbuntut panjang. Pada malam harinya warnetnya didatangi 10 preman berclurit.
Saat itu kebetulan Salman tak ada ditempat. Namun setelah mendengar hal itu ia
langsung bergegas kesana. Para preman sudah raib, Salman langsung mengadukan
hal ini ke pak RT. Seketika itu pak RT mengumpulkan seluruh pengusaha warnet
untuk menyelesaikan masalah. Para pesaingnya menuntut Salman menyamakan harga.
Akhirnya Salman menurut. “Saya sekarang percaya orang bisa bunuh-bunuhan
gara-gara uang seratus perak,” katanya.
Warnet cabang kedua ini
tak berjalan mulus. Berbagai teror dan percobaan perampokan juga kerap terjadi.
Akhirnya Salman terpaksa menutup gerai kedua ini.
Namun hal ini tak membuat
Salman jera. Ia terus melebarkan sayapnya dengan membuka cabang-cabang lainnya
seperti di Serpong, Pamulang, Ciputat dan lainnya yang semuanya masih wilayah
Tangerang.
Dlam waktu dekat iapun
akan merambah ke desain web, servis computer dan akan membuat pelatihan ilmu
teknologi informasi.
Baginya berbisnis itu
seperti berpetualang di laut lepas mencari harta karun. Itu membuat diirnya
selalu ingin coba-coba dan bereksperimen dengan bisnis. Banyak diantara
percobaan itu gagal dan tidak dilanjutkan namun itu tak masalah baginya.Namun
kini ia telah menemukan bisnis inti yaitu dibidang teknologi informasi.
Jalan Salman masih
terbentang luas, namun dengan visi dan misinya yang kuat, kita berharap semoga
Salman terus bisa mewujudkan mimpi-mimpinya.
Biodata
Nama : Salman Azis
Alsyafdi
TTL : Jakarta, 11
Februari 1986
Pendidikan : S1 Ilmu
Komputer UI
Nama Usaha : Warnet Gue
Penghargaan
2007 Pemenang 2 Wirausaha
Muda Mandiri
2008 Best Entrepreneur
Fakultas Ilmu Komputer UI
Post Comment