Untung Berjualan Lilin Minyak Kelapa Sawit Menembus Miliaran



Tidak gampang mendirikan UKM sendiri. Itulah yang dirasakan wanita 64 tahun ini. Namun, berkat pintar- pintaran membidik pasar usahanya kini berbuah manis. Bahkan mampu mendirikan perusahaan sendiri yang bernama PT. Biolina Trio Sintesa. Dia lah Lani Darmadi sosok dibalik bisnis lilin hias aneka bentuk. Beda dengan lilin biasanya, produk Lani dibuat dari bahan ramah lingkungan. Terlebih lagi mampu memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yakni minyak sawit.
Ya, lilin buatan Lina memang terbuat dari bahan minyak kelapa sawit atau CPO. Ide awal bisnisnya berasal dari sang suami yang merupakan pengusaha dibidang kelapa sawit. Suaminya memiliki kebun sawit sendiri dan latar belakang pendidikannya yang mendukung. Sejak dulu dirinya memang sudah tau bahwa stearin acid yang merupakan bahan mentah sawit bisa dijadikan lilin. Untung memiliki pengetahun dibidang kimia tersebut dimulailah Lani mencoba- coba.
Menciptakan sebuah produk bernama Biolin. Pola pikir kenapa kita membuat lilin dari minyak bumi yakni parafin. Jika ada sumber daya lain yang bisa memiliki sifat sama. Inilah awalnya ide minyak kelapa sawit jadi produk lilin dimulai.
Hasil olahan lilin dari minyak sawit ternyata memiliki keunggulan loh. Jika dibakar lilin produksi Biolin tidak menghasilkan asap dan jelaga. Perlu kamu tau kalau lilin kelapa sawit setelah habis akan habis menguap tidak berbekas. Soal bentuk lilin CPO juga bisa dibentuk aneka rupa seperti halnya lilin biasa. Lani sendiri aktif memproduksi aneka lilin beraneka bentuk; ada bunga, binatang, buah dan bentuk manusia. Adapula yang dibuat berdasarkan tema tertentu.
Modelnya mengikuti hari- hari besar atau perayaan tertentu. Ada lilin bertema hallowen, tahun baru, lebaran, tahun baru china dan lain- lain. Tak terhitung berapa jenis lilin sudah dibuat usahanya. Mendukung konsep go green menjadikan lilin miliknya menjadi pilihan masa depan. Tak cuma untuk penerangan tapi juga untuk lilin hias ataupun lilin aroma terapi. Dalam perjalanannya bisnis milik Lani tergolong cukup mulus. Berapa modal usaha lilinya?
Memulai berbisnis sejak 1999, usahanya bermodal Rp.100 juta, memang cukup besar tapi tekatnya sudah bulat. Halangan paling nyata dari bisnisnya adalah belum terdidiknya masyarakat. Mereka masyarakat sebagian besar masih melihat lilin sebagai cuma penerang ketika lampu mati. Tidak begitu menjual jika dirinya memilih pasar dalam negeri, maka, Lani pun menarget pasar luar negeri ketika baru saja memulai. Yakni ia aktif mengekspor ke Jerman, Swiss, Jepang dan Korea.

Pasar kelas atas

Sukses lilin Biolin memang kurang terdengar ditelinga kita. Karena memang untuk pasaran lokalnya kurang mendukung. Lani bahkan menambahkan kurangnya perhatin pemerintah menjadi masalah sendiri. Utamanya tentang masalah UMR yang sekarang jadi permasalahan tiap tahun. Untung karena berkuliah dibidang Kimia di Jerman mampu membantunya mengurangi biaya produksi.
Rentang penjualan lilin Biolin ada pada angka Rp.10 ribu sampai Rp.300 ribu per- buah. Sedangkan ukuran akan menyesuaikan desainnya. Sebagai contohnya, lilin berharga Rp.10 ribu adalah lilin bulat kecil, tanpa ada aroma dan tingginya 1,5 cm. Sedangkan lilin yang dijual seharga 300 ribu adalah yang berbentu unik, yang digunakan sebagai penghias ruangan setinggi 5 cm. Untuk pemasarannya biasanya dijual melalui sistem online, mengikuti aneka pameran, atau ditawarkan ke hotel di Jakarta dan Bali.
Untuk pasar Eropa kebanyak memilih lilin tanpa aroma. Sedangkan pembeli asal kawasan Asia memilih untuk membeli lilin beraroma. Permintaan ekspor akan melonjak tajam ketika natal, paskah, dan imlek. Ia menyebut naiknya bisa mencapai 50 persen.
Keseluruhan lilinya diproduksi di pabrinya di kawasan Bekasi. 20 persen hasil produksi akan dijualnya ke toko sendiri, sisanya dijual di kawasan mall- mall di penjuru Jakarta. "Masyarakat Indonesia itu mendingan membeli beras dari pada lilin. Paling cuma hotel- hotel saja," pungkasnya. Meskipun begitu adanya dirinya masih tetap optimis memproduksi untuk kebutuhan lokal. Utamanya setelah adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
PT. Biolin Trio Sintesa terus berkembang menjadi salah satu produsen lilin. Menjadi yang terbesar melalui olahan lilin berasal dari stearin. Staf pemasaran Biolin menjelaskan bahwa bahan baku utamanya stearin ini, akan muncul ketika minyak CPO dipanaskan. Pemanasannya ada pada suhu 56 derajat celcius. Kemudian inilah yang dibentuk menjadi produk lilin. Adapula pengembangan lilin menjadi alat pengusir nyamuk dan lalat yakni lilin yang beraroma sereh.

Menjadi salah satu produk pewangi ramah lingkungan. Pasalnya lilin CPO tidak menghasilkan residu ataupun asap pekat seperti lilin umumnya. Setiap bulannya mereka mampu memproduksi 4-6 kontainer yang akan dijual ke berbagai negara. Setiap kontainer akan menghabiskan 16- 20 ton bahan stearin. Sedangkan untuk sekarang usaha yang dimulai dari bisnis rumahan telah mampu memproduksi 8 kontainer per- bulan. Untuk 90% produksinya kini difokuskan pada penjualan ekspor.

Untuk omzetnya tentu sangatlah menggiurkan, yakni "Omzet perbulan rata- rata Rp.1,5 miliar," ujar Rita Narulita, staf pemasaran Biolin, kepada Kontan.co.id
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Biografi-tokohpengusaha.blogspot.com

Post Comment