Hj. Sias Mawarni, SS. MM |
Sejak tahun 1972, Sias Mawarni resmi menjadi
pewaris tahta ketenaran es krim khas Italia, Ragusa. Dari su tempat yang
dihibahkan itu, perlahan ia kembangkan hingga menjadi 22 cabang yang tersebar di
berbagai sudut Jakarta. Meski pasca kerusuhan hanya tersisa empat cabang, es
krim handmade tempo dulu initetap bertahan dan digemari, hasilnya mampu untuk
menghidupi 100 anak asuh.
Budi pekerti baik adalah
modal utama yang dimiliki Sias Mawarni, wanita kelahiran Jakarta yang berusia
70 tahun. Karena kebaikan yang selalu ditanamkan dalam dirinya itu, pemilik es
krim khas Italia Vizenzo Ragusa-pun menghibahkan ladang usahanya yang dibangun
sejak jaman Belanda tahun 1932 kepada Sias. “ Di tahun 1972, Mr. Ragusa
menghibahkan usaha es krim Ragusa kepada saya dan beliau kembali ke Italia,”
ucap Sias.
Dari tahun ke tahun, es
krim Ragusa yang berpusat di Jl. Veteran No 1 Jakarta Pusat pun terus
berkembang. Dalam perjalanannya, bahkan ia bisa mengembangbiakkannya sebanyak
22 cabang tanpa pinjaman modal. “Untuk membuka satu cabang, modalnya cukup
besar. Dan modal itu saya dapatkan dari hasil penjualan es krim sebelumnya,
saat itu barangkali masa-masa kejayaan saya.” Ungkapnya. Dikatakannya saat itu,
omset satu cabang per bulannya saja mencapai 50 juta.
Dan, inilah yang
dibuktikan Sias, sebuah realita bisnis tanpa modal. “Modalnya cukup dengan
sikap baik kita kepada orang lain. Dan itu yang selalu menjadi prinsip hidup
saya. Jika kita berbuat baik pada orang maka orang pun akan baikin kita. Inilah
yang terjadi pada saya, saya bisa berbisnis karena diberi hibah, gratis”
lanjutnya.
Namun musibah terjadi,
disaat bisnisnya melejit, badaipun datang menerjang. Kerusuhan 1998 telah
membuat bisnisnya hancur lebur dan babak belur. Spontan, Sias pun dirundung
duka dan rugi besar. Tapi ia tak patah semangat, pasca kerusuhan itu ia pun
melanjutkan ‘puing-puing’ bisnisnya yang masih tersisa.
“Tahun 1998, Etnis
Tionghoa memang menjadi incaran. Semua cabang bisnis saya hangus terbakar. Kini
hanya tersisa empat cabang.” Kenang ibu tiga anak yang banyak mendedikasikan
diri di dunia pendidikan itu.
Meski duka itu belum
pulih namun hidup tetap harus dilanjutkan.
Dengan empat cabang yang dimilikinya
kini, Sias pun membuktikan bahwa Ragusa tetap jaya dan digemari. Bahkan kini,
ia banyak menyajikan varian rasa dalam es krimnya. Seperti vanilla, durian,
coklat dan lain sebagainya. Yang menggoda, adapula spaghetti eskrim, coup de maison,
tutti frutti, cassata sicialiana dan banana split.
Tak heran jika kini
penggemar eskrim Ragusa semakin bertambah. “ Dalm sehari di satu cabang, ya
diatas 100-an pengunjung, dari kalangan berbecak hingga bermobil, tua dan muda,”
aku wanita yang telah mempekerjakan lebih dari 50 karyawan ini.
Kiprah Sosial
Selain berbisnis,
diusianya yang tak lagi muda ini, Sias masih berperan di dunia pendidikan
khususnya dunia tari. Tak jarang hasil dari bisnisnya ia gunakan untuk mendanai
pendidikan yang dikelolanya. Disebutkannya,, saat ini ada sekitar 100 anak asuh
yang menjadi asuhannya melalui sebuah yayasan yang didirikannya. “Selain bisnis,
saya juga fokus di dunia pendidikan. Mengajar di perguruan tinggi untuk mata
kuliah Bahasa Mandarin dan SMA untuk dunia tari,” jelas magister lulusan STIE
Supra, Jakarta ini.
Kecintaannya di dunia
tari patut diacungi jempol. Karenanya, tak jarang ia berkeliling dunia untuk membawa
misi kebudayaan Indonesia. Dalam catatan kiprahnya, setidaknya ia pernah
mementaskan seni tarinya di beberapa negara seperti Beijing, Korea Selatan dan
Singapura. “Melalui bisnis dan kegiatan seni yang saya lakukan, saya bermimpi
bisa menyatukan potensi anak bangsa untuk pembangunan kesejahteraan rakyat
Indonesia,” ujar peraih medali emas Spring Festival Korea Selatan ini.