Biografi Sidik – Tuna Daksa Yang Sukses Menjadi Enterpreneurship

Sidik dan Kerupuk Cap Gurame
Sidik, begitulah namanya. Sidik artinya adalah dapat dipercaya, ia terlahir tak memiliki kaki dari pangkal paha. Jadi anggota tubuhnya hanya separoh saja. Walau begitu tak lantas membuatnya minder. Ia malah membuktikan jika dirinya bisa survive tanpa harus menunggu belas kasihan orang lain.


Sewaktu Sidik mau dilahirkan, ibunya bermimpi bahwa ia bakal dikaruniai anak yang cacat namun membawa berkah. Benar saja, ketika Sidik lahir, ayahnya yang saat itu Cuma buruh upah akhirnya mendapat pekerjaan tetap yang membuat keluarganya bisa hidup layak. Bahkan Sidik dan saudaranya bisa sekolah sampai perguruan tinggi.
Sejak kecil orang tuanya selalu memberi kepercayaan diri pada Sidik. Sehingga walau menurut orang normal Sidik termasuk cacat, ia tak mau digendong, sebelum memiliki kursi roda, ia mengandalkan kedua tangannya untuk berjalan.
Membina Rumah Tangga

Pada tahun 1992 Sidik menikah dengan Siti Rahmah yang juga penyandang cacat. Mengapa Sidik memilih wanita yang bernasib sama sepertinya agar bisa saling mengerti keadaan masing-masing. Dari pernikahannya ini mereka dikaruniai 3 orang anak yang semuanya normal, namun ank keduanya baru-baru ini meninggal dunia karena kecelakaan.
Untuk menafkahi keluarganya, Sidik bekerja di yayasan Swa Prasidya Purna, namun karena tak memberikan masa depan yang lebih baik akhirnya Sidik keluar dan bekerja di sebuah perusahaan kontraktor sebagai staf personalia. Sidik ditempatkan sebagai staf karena ia mengantongi gelar diploma selain itu ia tergolong . orang yang cerdas. Namun kemudian krisis 98 menghantam dan perusahaan tempatnya bekerja bangkrut. Ia kembali menganggur.
Berbisnis Krupuk Singkong

Dalam masa itu, Sidik mengikuti pelatihan kerja untuk penyandang cacat yang diadakan oleh pemda DKI. Dari sini Sidik tertarik untuk berbisnis kerupuk singkong. Proses pembuatan kerupuk singkong jauh lebih rumit dari keripik singkong. Jika keripik singkong adalah singkong yang diiris tipis lalu digoreng sedangkan kerupuk singkong adalah singkong yang telah dikupas diparut, lalu diberi aneka bumbu dan tepung, lalu adonan dibentuk kembali seperti batang singkong lalu dijemur. Setelah menggumpal, adonan lalu diiris tipis dan dijemur lagi sampai dua hari baru di goreng.
Modal awal Sidik diperolehnya dari pemda DKI setelah ikut pelatihan sebesar 1 juta. Dari sekian puluh peserta yang mengikuti pelatihan itu, hanya dia yang tetap survive dengan bisnisnya.
Awalnya Sidik hanya mengolah 10 kg singkong, kini ia bisa menghabiskan 50 hingga 100 kg singkong per bulannya. “Dulu belum ada merek, plastiknya pembungkusnya masih polos.” Katanya. Pada awal produksi ia  memproduksi sekitar 100 bungkus kerupuk berukuran 2 ons dari bahan baku singkong 10 kilogram. “Namanya juga pertama, kerupuk dagangan saya baru habis setelah sebulan lebih.” Lanjutnya lagi.
Kerupuk buatannya ia beri nama cap gurame. “Saya beri nama merek Cap Gurame, ini sama sekali tak ada hubungannya sama ikan gurame, tetapi gurame adalah singkatan dari Gurih, Renyah, Enak,” katanya tersenyum. “Kalau nanti ada biaya, merek ini saya mau patenkan.” tambahnya.
Sampai saat ini semua pekerjaan dari membuat sampai memasarkannya ia lakukan berdua dengan istrinya. Ia lalu menitipkan dagangannya ke toko-toko dan koperasi dengan sistim konsinyasi. Setiap hari ia keluar masuk kampung menjajakan dagangannya. Satu bungkus harganya 5000, namun jika membeli banyak seperti untuk dijual lagi, ia akan memberi diskon 1000 per bungkus.
Dari hasil kerupuk cap gurame ini ia mengantongi laba hingga jutaan rupiah per bulan yang lumayan cukup untuk menafkahi keluarganya. Rumahnya sendiri masih sederhana dan hanya terdiri dari tiga ruangan dimana satu ruangan ia gunakan untuk memproduksi kerupuk.
Suatu hari ada pengusaha lokal yang salut akan perjuangan dan semangatnya menghadiahinya sebuah sepeda motor. Sidik sangat senang sekaligus bingung karena tak punya kaki gimana mau mengendarainya. Sidik tak kehilangan akal, ia pergi ke tukang las dan maminta tolong untuk membuatkan tongkat agar ia bisa mengerem dan mengganti prosneleng dengan tangannya. Tak lupa sepeda motornya ia tambahi gerobak di sebelahnya sehingga bisa mengangkut kerupuk hasil produksinya. Ia sangat bersyukur dengan sepeda motor itu. Dengan begitu mobilitasnya bisa semakin cepat.

Rasa kerupuk Cap Gurame memang enak, perpaduan rasa manis, asin dan pedas cocok untuk lauk atau camilan. Kerupuk buatannya begitu diminati sehingga terkadang ia ditelpon sampai berkali-kali oleh toko karena stoknya kehabisan. Ke depan Sidik memiliki visi ingin agar kerupuknya go internasional. Ia memiliki mimpi suatu saat kerupuknya digandrungi orang Amerika.
Wah sangat menginspirasi sekali biografi Sidik ini. Semoga Alloh selalu memberkahi Mas Sidik dan keluarga. Yang benar-benar salut adalah ketika ia ditanya perihal kekurangannya maka jawaban yang pertama kali keluar adalah kata “Alhamdulillah”. Benar-benar teladan kegigihan hidup. Kita patut mencontohnya agar selalu bersyukur walau apapun yang terjadi. Hidup Pak Sidik!!!!