Martua Sitorus lahir di Pematang Siantar, sebuah kota di Sumatera Utara,
di tahun 1960. Pria yang memiliki nama asli Thio Seng Hap, adalah
pemilik perusahaan Wilmar International bersama Kuok Khoon Hong. Meraka
bergerak di bisnis sawit, dan menjadi perusahaan terbesar di dunia dari
usahnya tersebut. Di tahun 1991, perusahaan tersebut resmi berdiri
bermodal 7.100 hektar kebun sawit. Wilmar International juga mendirikan
pabrik pengolahan hingga Sumatera Utara.
Tidak semua orang batak bekerja sebagai pengacara, mereka juga pandai
berbisnis. Salah satunya, dan terbaik adalah Wilmar Sitorus pemilik
Wilmar International meski namanya cukup awam di Indonesia. Dia berhasil
masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Bisnisnya berbasis di
Singapura meliputi 48 perusahaan berbeda. Perusahaan itu, salah satunya
PT. Multimas Nabati Asahan memproduksi minyak goreng merek Sania.
Pada 2005, Wilmar International diperkirakan telah memiliki total aset
$.1,6 miliar, total pendapatan $.4,7 miliar dan laba bersih $.58juta.
Sejarah Wilamar International tidak lapas dari Mertua Sitorus, pria asli
Batak ini dulunya hanya minyak sawit kecil kecilan Indonesia-
Singapura. Pria 42 tahun, lulusan sarjana ekonomi HKBP Nommensen, Medan,
Sumatera Utara.
Menjadi sangat bersemangat, ia sukses berbisnis dan tumbuh hingga
membeli 7.100 hektar kebun sawit di 1991. Usaha sawit lah yang membuat
dirinya jadi pengusaha besar di Sumatera Utara. Di 1991, setalah
mendirikan pabrik sawit, Martua bersiap ekspansi ke Malaysia dimana
pasar kala itu masih bagus.
Ia pun tak lekas puas, fokus mendirikan hilirisasi (produk turunan) yang
lebih bernilai tinggi. Tahun 1998, ia mendirikan pertama kalinya pabrik
memproduksi specialty fats. Wilmar International tercatat di bursa
saham Singapura. Perusahaannya tumbuh, sebelumnya berupa pengolahan
minya sawit berkembang terspesifikasi di wilayah agrobisnis.
Perusahaan memiliki beberapa usaha; penyuliang minyak goreng, pengepakan
dan penjualan, lemak khusus, oleokimia, produksi biodisel, dan
pengolahan biji- bijian. Pengepakanya akan meliputi (1). merchandising
minyak sawit dan produk laurics (semacam lemak nabati), (2). pengolahan
minyak sawit dan refinery, (3). peremukan, diolah dan refining untuk
manjadi minyak bisa dimakan, minyak sayur, biji- bijian dan kedelai.
Konsumennya meliputi China, Vietnam dan Indonesia, dan sudah berbentuk
hasil jadi siap pakai.
Bertambah tahun membuat bisnis Martua semakin bersinar meliputi berbagai
usaha. Utamanya, ia fokus kepada bisnis minyak kelapa sawit serta
turunannya. Di tahun 2000, perusahaanya PT.Multimas Nabati Asahan
memproduksi minyak goreng Sania. Per 31 Desember 2005, Wilmar
International memiliki 69.171 hektar, 65 pabrik, tujuh kapal tanker, dan
20.123 karyawan. Perusahaanya memiliki 30 negara tujuan eksportir.
Puncaknya, perusahaan Wilmar tecatat di bursa Singapura di Agustus 2005,
dengan nilai saham $2 miliar. "Ia cukup berani mengambil resiko, jadi
cepat pula ia mendapatkan keuntungan," ucap Derom Bangun, selaku ketua
harian Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia). Ia menilai
Martua sebagai sosok barani masuk ke pasar baru. Dia dinilai kreatif,
dinamis, dan banyak ide. "Namun, ia memang tegolong orang yang low
profil atau tak maun menonjol."
Kawan menyebutnya orang yang agresif dalam hal bisnis. Ia dapat melihat
peluang di bisnis sawit kala itu, serta tahan banting hadapi krisis.
Buktinya, meski krisis moneter 1997, dia mampu menghadapinya ketika
perusahaan lain gulung tikar. Dia bahkan berhasil memberikan 2,5%
tunjangan krisis kepada karyawan, bukanya memotong gaji mereka 2,5%. Dia
memang tidak sendiri ketika membangun Wilmar International, bersama
dengan Kuok Khoon Hong.
Sejarah Wilmar International
Kuok Khoon Hong, Pria berusia 57 tahun ini adalah keponakan Robert Kuok,
raja bisnis gula dan properti Malaysia, bersama Martua sepakat
mengembangkan bisnis bersama-sama. Wilmar sendiri disebut-sebut
sebenarnya adalah singkatan dari kedua nama mereka, yaitu William, nama
panggilan Kuok Khoon Hong, dan Martua Sitorus. Mereka berdua adalah
pemilik signifikan Wilmar Holdings Pte Ltd (perusahaan holding Wilmar
International Ltd).
Keduanya berbagi tugas, Kuok Khoon Hong sebagai chairman & CEO dan
Martua sebagai chief operating officer (COO) Wilmar International Ltd.
Keluarga besar Matua Sitorus berperan penting dalam bisnis, mereka
menduduki jabatan penting. Istri (Rosa Taniasuri Ong), saudara laki-laki
(Ganda Sitorus), saudara perempuan (Bertha, Mutiara, dan Thio Ida), dan
ipar (Suheri Tanoto dan Hendri Saksti) menduduki posisi kunci di Wilmar
Corp. Bahkan, Hendri Saksti diberi kepercayaan menjadi kepala
operasional bisnis Wilmar di Indonesia.
Bisnis keduanya meningkat pesar di bulan pertama 2006, menghasilkan
kenaikan 7,8% senilai S$3,7 miliar dibanding periode sama sebesar US$3,4
miliar di tahun 2005. Laba bersihnya selama sembilan bulan pertama 2006
tumbuh 56,4% mencapai US$68,3 juta dibanding periode yang sama 2005
sebesar US$43,6 juta. Keduanya berrencana ekspansi Wilmar ke bisnis
biodiesel. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung menggebrak dengan
membangun tiga pabrik biodiesel.
Ada beberapa isu menyangkut bisnis Wilmar Corp, terutama bisnis minyak
sawit. Pertama, rencana merger Wilmar dan lini bisnis Kuok Group, milik
taipan Robert Kuok, di bidang agrobisnis (PPB Oil Palms Berhad, PGEO
Group Sdn. Bhd., dan Kuok Oil & Grains Pte Ltd). Nilai transaksi
merger mencapai US$2,7 miliar. Merger ini ditaksir memberikan potensi
kapitalisasi pasar Wilmar sebesar US$7 miliar. Merger ini diperkirakan
juga akan menghasilkan kombinasi pendapatan US$10 miliar dan laba bersih
US$300 juta selama sembilan bulan pertama 2006.
Pabrik- pabrik ini diperkirakan memiliki kapasitas produksi sampai
350.000 ton per tahun sehingga total kapasitasnya mencapai 1,050 juta
ton per tahun. Sejauh ini, belum ada pabrik biodiesel milik perusahaan
lain di dunia yang memiliki kapasitas produksi sebesar Wilmar. Sebagai
tambahan, apabila rencana merger itu terealisasi, maka pabrik biodiesel
milik PGEO Group Sdn. Bhd. dengan kapasitas 100.000 ton per tahun akan
makin memperkuat bisnis biodiesel Wilmar.
Lainnya, Mertua aktif di bisnis kesahatan dengan membangun sebuah rumah
sakit di Medan, Murnia Teguh Memorial Hospital. Rumah sakit yang ia
persembahkan untuk ibunya, Murni Teguh. Rumah sakit tersebut didirikan
12 Desember 2012. Meskipun tinggal di Singapura, dia, istrinya dan tiga
orang anak, tetaplah warga negara Indonesia, dan memiliki usaha sebagian
besar di Indonesia.