Danu Pengusaha Cendol Inovatif Waralabakan Randol

 
Siapa pengusaha cendol di Hitam Putih itu. Namanya Danu Sofwan, seorang pengusaha muda tengah naikan kasta minuman cendol. Sedari muda sudah punya jiwa kewirausahaan itulah Danu. Ketika ada musim bisnis tertentu contohnya gelang Power Balance; Danu mencari- cari tau. Ia sibuk mencari tau bagaiman biar bisa berjualan gelang tersebut. Tak mau cuma menjadi konsumen saja lah. Sifatnya ini juga berlaku untuk bisnis cendol miliknya. 
Banyaknya minuman asing masuk ke Indonesia membuatnya tersentuh. Dia tak mau cuma jadi pasar bagi produk lain. Padahal di Indonesia sendiri banyak minuman asli yang enak rasanya. Bermodal kesukaan jajan kuliner dimulailah usahanya.
Ketika dirinya menikmati minuman bernama Bubble Tea. Di suatu hari, ia berpikir kenapa kita begitu suka minuman asing tersebut. Kenapa banyak orang rela entre saat itu untuk segelas minuman. Disitu dicarilah produk minuman Indonesia apa yang mungkin bisa digilai seperti itu. Kerisauannya akan minuman asing tak membawanya ikut- ikutan berbisnis minuman asing seperti Bubble Drink atau pun Capucino Cingcau. Dia justru melirik cendol sebagai sasarannya.
Dalam perjalanannya ternyata minuman cendol punya khan. Dia menemukan sebuah artikel di CNN Travel, bahwasanya, minuman khas Indonesia ini menjadi salah satu minuman dunia. Menjadi terenak asli Indonesia yang bahkan masuk 50 besar minuman dunia. Mendirikan waralaba sendiri baru muncul selepas dirinya tertantang. Danu tertantang teman- temannya yang sudah membeli franchise mapan. Pertanyaan, kenapa bukan saya yang menjadi pemilik franchise menggema.
Diajaknya dua orang teman bekerja sama memulai bisnis cendol. Mereka bertiga, pertama- tama, memulai dengan mengamati atau mengobservasi terlebih dahulu. Mulai berjalan- jalan mencari- cari resep cendol dan akhirnya mereka menemukan. Mereka berjalan ke berbagai daerah belajar cendol. Danu mencari tau dari bagaimana membuat cendolnya, lalu mencicipi aneka susu yang bisa dicampurkan cendolnya. "Kita enggak pakai santan, tapi diganti susu UHT," jelas Danu.

Dani secara otodidak belajar bagaimana membuat. Dia juga belajar otodidak loh soal bagaimana cara untuk waralabanya.

Inovasi cendol


Secara sengaja Danu memang merubah santan menjadi susu. Alasannya, karena susu sudah jadi tren masa kini untuk dicampur di minuman- minuman asing. Selama tiga hari, Danu dan kedua kawannya jadi mabuk, mereka mabuk mencoba- coba aneka merek susu. Ada 15 merek susu yang cocok untuk disatukan dengan cendol dan topping miliknya. Segala proses dilaluinya sebelum benar- benar dibuatnya untuk masyarakat. Modalnya sekitar 13 juta, Danu mendirikan satu gerai saja, yaitu di Pondok Kelapa, Bekasi.

Tak disangka responnya mengejutkan dirinya. Antrean pembeli ternyata cukup panjang di hari pertama saja. Hal tersebut membuatnya makin percaya diri. Dia lantas mengunggah foto- foto hasil kerja kerasnya yang sukses di media sosial. Langsung, tanpa tedeng aling- aling, dirinya menawarkan kerja sama untuk waralaba atau franchise langsung. Nama usahanya itu Randol atau Raja Cendol. Milik pengusaha muda kelahiran Tasikmalaya, 20 Agustus 1987, merupakan pelopor cendol modern.

Waralaba Randol dipatoknya cukup terjangkau. Yaitu Rp.6 juta untuk indoor dan Rp.8 jutaan untuk outdoor -nya. Murahnya franchise tanpa fee ataupun success fee. Ini berarti penghasilan kamu 100% untungnya akan kembali ke kamu. Randol menyasar untuk pembelian bahan bakunya saja. Danu mengaku santai bahwa nanti pihaknya tak mengambil untung besar. Bahkan tidak untuk pembelian bahan baku jadi tenang buat kalian yang mau bergabung.

Sukses Danu menarik minat beberapa orang langsung bergabung. Dari foto- foto di sosial media yang ia upload langsung mendapatkan perhatian. Esokan harinya langsung sudah ada dua orang yang berminat untuk masuk ke waralabanya. "Saya sangat senang, apalagi kini jumlah para panglima (panggilan untuk pembeli waralaba Randol) terus bertambah," ucapnya.

Pemasaran Randol pun difokuskan di sosial media. Danu bahkan sudah punya tim khusus mengurusi sosial media. Untuk meningkatkan brand- awareness atau kesadaran akan merek dan kualiatas produknya. Danu sangatlah aktif memperkenalkan mereknya sendiri. Salah satu yang terunik ketika Danu mengadakan lomba selfi bareng Randol. Selain itu ada pula pengembangan aneka rasa dan juga penggunaan nama unik. Sebut saja ada Kejendol atau keju cendol dan Sundol Bolong atau Tiramisu cendol.

Danu juga mempertahankan tradisi mengunjungi franchisor. Para franchisor akan dipertemukan dan saling bertukar pikiran. Saling berbagi bagi mereka yang penjualannya banyak ataupun penjualannya sedikit. Untuk para franchisor di setiap gerai bisa menghasilkan Rp.2- 3 juta per- hari. Ternyata usaha Danu bisa masuk ke kalangan menengah atas. Danu juga aktif mengikuti pameran waralaba. Melalui pameran bisa untung sampai Rp.15 juta per- hari. Randol pun dipersiapkan untuk menjajah Malaysia olehnya.

Info lain

Twitter: @RadjaCendol
Facebook: RadjaCendol
Telp: 081315311321
Instagram: @RadjaCendol

Biografi Axl Reza Nurhilman | Keripik Maicih Sejarah Bisnis Anak Muda



 
Reza Nurhilman adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Sedari kecil ia tinggal dan dibesarkan oleh orang tua angkatnya di Kota Cimahi, Jawa Barat. Reza tinggal bersama keduanya hingga duduk bangku SMP. Baginya yang telah tak memiliki figur ayah, hanya sang ibu menjadi penghidup ketiganya kini. Ia tak pantang menyerah dan mandiri dalam berbagai hal. Semasa SMA menjadi masa- masa bersejarah bagi hidupnya. Reza menjadi sosok pekerja keras dalam pergaulannya. 

Pergaulan membawanya menjadi pecinta musik rock Gun 'N Rose. Dia kemudian dikenal oleh komunitasnya sebagai Axl karena rasa fansnya terhadap sang vokalis, Axel Rose. Hingga di 2005- 2009 menjadi masanya sebagai seorang remaja labil. Dimana kehidupan remajanya, Reza berubah 180 derajat mulai menjadi sosok memiliki visi besar dan impian (terlampau) tinggi.

"Saya itu lulus SMU di tahun 2005, empat tahun saya menganggur, dalam artian tidak kuliah. Saya baru kuliah itu 2009," jelasnya.

Saat itu empat tahun sudah Reza menganggur. Diamana hidupnya digunakan mengerjakan aneka bisnis. Reza pernah jual beli barang seperti elektronik, pupuk. Semua dia jual, dan akhirnya ia pun punya produk yang tepat dan kendaraan tepat yaitu Maicih, bisnis keripik menjadi jalan hidupnya kini. Waktu itu saat SMA, ia tidak mengambil kuliah dulu jadi fokusnya mengerjakan usaha apapun. Selama empat tahun masa pencarian bisnis beruntunglah dia menemukan keripiki Maicih.

Resep keripik Maicih


Pada tahun 2010, Reza telah bergelut dengan makanan kampung bernama Maicih. Bukan tanpa kesulitan diawal bagi Maicih mencapai puncak bisnis sekarang. Ada dua versi Maicih bisa kita temui di pasaran. Tak ada konfirmasi secara pasti apakah Reza bukanlah pemilik asli Maicih. Namun di situs Maicih.com, disebut jelas bahwa Maicih merupakan produk asli seorang bernama Bob Merdeka. Sumber lain menyebut bahwa keduanya merupakan satu kongsi dimana ada perpecahan diantara mereka.

Sebagai tambahan keduanya juga memilik badan usahanya masing- masing. Dan, keduanya memiliki pasar berbeda satu sama lain. Bilamana Maicih milik Reza menjadi pemenang di Bandung dan sekitar, maka akan berbeda Maicih saingannya. Maicih milik Bob Merdeka jadi pemenang di wilayah Yogyakarta. Keduanya juga memiliki resep berbeda. Keripik Maicih versi Reza bisnisnya lebih 'wah' dan lebih beraneka jenis. Ya, makanan pedas asal Bandung ini lebih tereksplorasi secara bisnis komersil.

Berbagai penghargaan telah didapat Reza dari berbagai institusi atas pencapaiannya. Pemuda 26 tahun ini, hingga sekarang, sibuk memberikan pelatihan- pelatihan agar menginspirasi anak- anak muda dan mencetak jutawan- jutawan baru. Ia bahkan mendirikan AXlent Academy tujuannya membantu pengusaha muda. Di bisnis lain, ia juga mengeluarkan Icihers Magazine, dan terakhir buku yang disebut Revolusi Pedas yang diterbitkan oleh Blitz Megaplex Grand Indonesia, Jakarta pada tanggal 29 Juni 2012.

Usahanya kini merupakan impian demi orang- orang dikasihi serta agar bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, Reza pun kerap tampil sebagai pembicara di berbagai kampus di Jakarta dan Jawa Barat, menjadi wakil dari budaya lokal dalam acara-acara tertentu. Reza juga belasan kali diliput atau jadi pembicara di berbagai media cetak (majalah dan koran) maupun elektronik di sejumlah tv dan radio di tanah air. Dibawah bendera PT. Maicih Inti Sinergi, ia telah ekspansi ke berbagai usaha, seperti properti (Maicih Property).

Bisnisnya ini bahkan tidak hanya di lokal Bandung dan Jawa Barat atau Jakarta saja. Nama jajanan khas Bandung ini terus menyebar hingga ke seluruh penjuru Indonesia. Melalui badan berbentuk PT kini kemasan keripik telah semodern mungkin dan bisa dijumpai di mini market. Dulu, hingga sekarang, Reza selalu memanfaatkan situs jejaring sosial utamanya yaitu Twitter. Faktor sukses lain Maicih versinya ialah proses marketing khas anak muda Bandung; cerdas, inovatif, dan berani.

Berawal modal 15 juta, ia merencanakan konsep bisnis bersifat nomaden atau berpindah- pindah. Dengan konsep tersebut pembeli akan dibuat kelabakan bahkan sebelum menikmati pedasnya keripik. Pembeli harus mengikuti tiap langkah si empunya bisnis dari Twitter. Dia juga memanfaatkan Facebook meski agak kurang karena bersifat tidak actual. Melalui Twitter dan  Facebook, keduanya memberi andil besar bagi usaha ini. Produknya sukses membuat warga Bandung penasaran melalui strategi pemasaran tak lazim.

Di bisnis ini ia bisa mengumpulkan untung atau omzet senilai 4 miliar. Berkat strategi tersebut banyak pembeli rela mengantri panjang ketika sukses menemukan warung si Maicih. "Strategi pemasaran sengaja saya pilih berpindah-pindah sehingga orang penasaran untuk selalu mengetahui di mana keripik Maicih nongkrong," terangnya.

Sejarah Maicih


Berikut sejarah Maicih versi Reza Nurhilman dimana tokoh Maicih itu begitu nyata. Reza bertemu sosok si emak- emak (Nenek-nenek) memang mempunyai resep keripik lada atau keripik setan yang rasanya enak. Sosok emak- emak tersebut bukan bernama Maicih. Namu dia sendiri lah membuat nama tersebut agar lebih nyeleneh dan mudah diingat orang. Sosok emak-emak ini identik dengan ke-icihan karena selalu pakai ciput. Nama aslinya bukanlah Mak Icih, sehingga biar nyeleneh saja jadi diberi nama Maicih.

Menurut Reza, Emak tersebut tidak menjual keripik setannya secara komersil. Disitu lah ia mulai bekerja sama bersama pengusaha lokal memproduksi keripik miliknya. Pada pertengahan 2010, ia bermodal 15 juta dan produksi 50 bungkus per hari. Varian awalnya hanya keripik dan gurilem yang diproduksi dari level 1 sampai dengan level 5 dan dipasarkan secara bekeliling. Ia kemudian memanfaatkan akun sosial media secara word of mouth dengan hashtag #maicih.

Awal tahun 2011, bisnisnya diresmikan secara resmi bernama CV. 29 Synergi. Perusahaan ini kemudian meraih kesuksesan mulai dikenal masyarakat bermerek dagang "Maicih" sejak Februari 2011 dan sudah bisa diliput oleh salah satu acara di Trans TV di program Realita Bingkai Berita. Reza Nurhilman bersama tim telah menggunakan akun Twitter official dari perusahaan @infomaicih sebagai salah satu senjata utama bagi pemasaran mereka.

PT. Maicih Inti Sinergi memisahkan diri dari produsen awal dan memiliki pabrik sendiri setelah permintaan semakin meningkat. Diaman perusahaan resmi didirikan pada tahun 2011 mencatat nama Reza Nurhilman sebagai Komisaris. Nah, mungkin disinilah kami mengira bisnis Maicih terbelah menjadi dua. Kami tak tau pasti bagaiman atau apakah ini merupakan salah satu strategi menguasai pasar. Entahlah. Untuk menghindari pemalsuan produk, Logo 'Maicih' telah dipatenkan hak ciptanya secara legal.

Jadi bisa dibilang namanya kini milik si empunya Reza. Tapi kenapa masih ada orang lain menggunakan dan tidak dipidana; sebuah strategi marketing? Produk Maicih sendiri berbendera PT. Maicih Inti Sinergi, memproduksi : Keripik pedas level 3, keripik pedas level 5, keripik pedas level 10, baso goreng (basreng), gurilem, seblak pedas original, dan seblak keju pedas. Produk Maicih PT. Maicih Inti Sinergi resmi hanya bisa didapatkan di Jendral dan Tim Jendral tercantum di twitter @infomaicih.

Adapun susunan manajerialnya juga unik yaitu seperti sebuah negara. Ada sang Presiden (presiden direktur atau CEO), lalu Menteri Pangan, Menteri Perhubungan, Menteri SDM, dua Menteri Menkominfo, dan Menteri Keuangan. Sedangkan total jenderal yang ada saat ini adalah sebanyak 144 orang, terbagi menjadi 4 kategori jenderal, yaitu: Jenderal Sepuh, Jenderal Batch 1, Jenderal Batch 2, dan Jenderal Batch 3. Itulah kisah sukses Maicih sejak awal yang bisa kami ungkap sementara.

Biografi Aitthipat Kulopongvanich



 
Aitthipat Kulapongvanich atau Top Ittipat (Top TaoKaeNoi), seorang miliarder muda asal Thailand. Pemuda 16 tahun yang menjadi pecandu game online. Menghabiskan hari- harinya di tempat game online, dari hanya sekedar bermain untuk bersenang- senang hingga terobsesi mencari uang. Dia mendapatkan uang pertama dari mengikuti lomba. Top menghasilkan 400 ribu bath dari menjual berbagai perlengkapan karakter dalam game online, dari uang tersebut digunakan untuk bisnis lain.

Bisnis game online


Awalnya, Top hanya remaja 16 tahun biasa, memiliki hobi biasa yaitu bermain game online. Kala itu game online sangat digandrungi oleh remaja Thailand. Dari sekedar hobi, game online berubah menjadi hidupnya kala itu, bahkan melebihi pendidikannya. Bahkan jumlah komputer di kamarnya lebih dari 3 unit, dan itu kesemuanya dipergunakan hanya untuk bermain game online. Namun ternyata hobi inilah yang pertama kali memperkenalkan hidupnya ke dunia bisnis.

Top mendapatkan uang dari sekedar menjual item atau senjata- senjata karaker miliknya di game online. Dari bisnis iseng tersebut, ia bahkan menghasilkan uang 1 juta baht bahkan sebuah mobil telah mampu dibelinya. Mobil seharga 600 baht (sekitar 600 juta rupiah). Namun bisnis tersebut tak bisa berlangsung lama, karena tindakan tersebut dianggap ilegal, rekening game online miliknya diblok. Kebijakan pemilik game online ini membuatnya kehilangan sumber pendapatan dari menjual item miliknya.

Dia juga pernah memenangkan perlombaan game, menghasilkan 400 baht sekali itu.

Dengan sisa uang yang ada, ia mencoba hal lain dalam mencari uang yaitu menjual barang elektronik, namun ini gagal. Top ditipu, semua barang elektronik yang ia jual ternyata barang palsu dan uangnya pun tidak dapat dikembalikan. Di saat yang sama, keluarganya bangkrut meninggalkan utang sebesar 40 juta Baht (sekitar 12 milyar rupiah). Rumah milik keluarganya pun disita oleh bank. Dan ketika game online tak lagi setenar dulu, Top tak bisa berharap banyak, namun obsesi akan uang telah berubah menjadi ambisi.

Di umur 17 tahun ia memutuskan untuk keluar saja dari sekolah, menyisakan uang hasil bisnis game onlinenya sebagai modal. Dia mendatangi pakan raya bisnis, menemukan sebuah franchise atau waralaba dari Jepang. Karena tak ada biaya untuk mengikuti franchise sebuah mesin chesnut (kacang), ia akhirnya memutuskan membuat waralaba sendiri. Dia tak sanggup membeli secara penuh, jadi ia memilih menyewa mesin itu, lalu membuat mesinnya sendiri.

Dia bersama pamannya mencari strategi berjualan yang baik agar bisnisnya dapat sukses. Ia juga melakukan beberapa eksperimen untuk mendapatkan resep terbaik untuk produk kacangnya agar memiliki rasa yang khas dan unik. Usahanya pun membuahkan hasil setelah itu, Top membuka kedai kacang di mal dan melakukan ekspansi bisnisnya besar-besaran. Dia menyebut bisnis Roasted Chestnut telah sukses mencapai puncaknya. Bisnisnya ada diberbagai mal seperti Tesco, Carrefour, dan lain- lain.

"Saya punya lebih dari 30 cabang yang membawa dalam penjualan 3 juta baht per bulan," jelasnya. Namun ternyata usahanya memiliki kendala, mesin pembuat kacang panggang yang digunakan Top menimbulkan asap dan mengotori atap mal. Pengelola mal Tesco, dimana lebih dari 25 cabang bisnisnya bertempat, meminta dirinya menghentikan mesin pemanggang itu.Pihak mal meminta Top menutup kedainya dan membatalkan kontrak kedai yang telah dibuat.

"Kamu bisa lemah, tetapi tidak pernah menyerah untuk menjaga permainan berlangsung," ucap Top dalam wawancara untuk Yahoo Singapura. Di titik ini Top hampir putus asa. Ditambah lagi, ia tidak berhasil masuk kuliah di universitas negeri dan harus masuk universitas swasta akibat kemalasannya di sekolah selama ini. Walaupun telah bangkrut dan terlilit banyak hutang, orangtua terus berusaha agar anaknya dapat kuliah. Dia menolak tawaran orangtuanya dengan mengatakan akan membiayai kuliahnya sendiri.

Akhirnya Top bisa kuliah dengan menggadaikan jimat ayahnya yang ia pernah curi. Dia tercatat sebagai mahasiwa di Univeristy of the Thai Chamber of Commerce. Dalam benak Top Ittipat kala itu hanyalah bagaimana cara berbisnis kembali disela- sela kuliahnya. Dia hanya berpikir jika saya menjual produk, saya akan mendapatkan uang dari sana selesai. Dia masih memiliki bisnis chestnut, meski sudah tak seramai dulu, bisnisnya sudah turun 50% semenjak pembatalan kontrak. Sisanya ia mulai berpikir ulang apa yang akan dia jual nanti

Sukses Tao Kae Noi


Untuk menutupi penjualan chestnut yang turun drastis, Top berjualan buah kering dan juga rumput laut. Dia terus memutar otak untuk mengembalikan kejayaan bisnisnya. Ia menemukan ide baru untuk menjual rumput laut goreng. Top memulai kembali bisnis ini dari bawah. Segala hal dilakukannya untuk mengembangkan konsep bisnisnya. Ia mencari sendiri rumput lautnya, lalu belajar bagaimana cara menggoreng rumput laut agar menghasilkan produk baik dan enak.

Ia juga mempelajari bagaimana caranya agar rumput laut gorengnya tidak cepat basi jika disimpan lama. Top mempelajari ini itu untuk mengembangkan bisnis rumput lautnya. Dia sendiri telah mengeluarkan biaya lebih dari 100 ribu Baht. Tidak hanya sampai disitu. Dia menemukan resep rahasia untuk rumput laut gorengnya. Ia kembali memutar otak tentang bagaimana memasarkan produk baru tersebut. Jalannya datang dari sebuah mini market bernama 7- Eleven.

Masalah lain datang ketika 7- Eleven mengembalikan produknya. Mereka meminta agar produknya lebih baik berdasarkan standar milik mereka. 7- Eleven meminta agar Top memperbaiki cara pengemasan serta memiliki pabrik untuk memenuhi permintaan pasar. Dia berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi permintaan 7-Eleven, namun ia terus menemui kebuntuan. Top begitu putus asa sampai-sampai ia sempat berpikir untuk berangkat ke China bersama orangtuanya.

Sebelum berangkat ke China, ia memutuskan melakukan usaha terkahir yaitu pinjaman bank untuk memenuhi permintaan 7- Eleven. Karena tidak ada modal, ia mengajukan pinjaman ke bank, namun ditolak karena tak cukup umur. Saat itu umurnya masih 19 tahun ketika mencoba membuat pabrik sendiri. Akhirnya Top dengan sangat terpaksa menjual mobil kesayangannya yang dulu dibelinya dari bisnis item atau senjata game online.

Top membuat pabrik kecil untuk usaha rumput laut gorengnya di kantor kecil milik keluarganya yang tersisa. Usaha dan kerja kerasnya tidak sia-sia karena selalu melanjutkan apa yang pernah dikerjakannya. Dengan sekuat tenaga, akhirnya Top mampu memenuhi semua syarat dari 7-Eleven sehingga produknya dapat dijual di 7-Eleven Thailand. Dalam jangka waktu 2 tahun, sejak hari itu, Top Ittipat berhasil membayar semua hutang keluarganya dan berhasil mengambil kembali rumah keluarganya.

Nama Tao Kae Noi sendiri berasal dari ayahnya, ketika kontrak bisnis itu ditanda tangani, ia mendengar ayahnya berkata "Anakku akan menjadi TaoKaeNoi." Di umur 26 tahun, produk rumput laut gorengnya yang dinamai “Tao Kae Noi” merupakan rumput laut goreng terlaris di Thailand, bahkan telah masuk juga ke berbagai negara lain termasuk Indonesia. Usaha Top ini memiliki penghasilan 800 juta Baht (sekitar 235 milyar Rupiah) per tahun, dan mempekerjakan sekitar 2000 karyawan.

Ia menjelma menjadi salah satu miliarder termuda. Dia adalah CEO TaoKaeNoi Food & Marketing Co., LTD. Bisnisnya menyangkut produk rumput laut dan jajanan mudah dimakan. Dia menghabiskan waktu satu tahun untuk memperluas ke 30 cabang, dan ketika itu terkenal, ia mencoba untuk menjual lebih banyak jenis produk di toko-toko seperti buah persik kering, lengkeng kering dan rumput laut. Yang paling populer adalah rumput laut dari produk- produk lainnya.

Hari ini, Tao Kae Noi adalah merek rumput laut-makanan ringan terkemuka, dengan pangsa pasar sebesar 70 persen. Ia terus melanjutkan untuk menciptakan produk rumput laut goreng dalam kemasan, yang dengan cepat menjadi sukses di Thailand, dan diekspor ke Indonesia, Jepang, Taiwan, Singapura, dan Amerika Serikat. Ia merancang logo nya sendiri sebagai anak laki-laki dengan bendera. Memang produknya ini berkesan seperti produk Korea, tetapi bukan. Dia berhasil dengan Tao Kae Noi, dan menjadi Miliarder.

Top akan berusia 27 tahun bulan Desember ini dan sudah menjadi miliarder. Produk Tao Kae Noi-nya tersedia di banyak negara serta melalui Amazon.com. "Apa yang menggelitik saya adalah sikapnya. Saya ingin tahu apa yang mendorong dia untuk menjadi sukses. Dia tak kenal takut dan tidak pernah menyerah," kata Songyos, produser film "the Billionaire". Kisah suksesnya difilmkan, menurutnya film tersebut telah 80% benar, sangat menginspirasi bagi pengusaha untuk sukses.

Biografi Foremost Fauzan Adhima Efwandaputra





Anak muda asal Bandung ini tidak cuma punya selera fashion. Tetapi juga kemampuan mengaplikasikan itu dalam entrepreneurship. Layaknya anak lain, Fauzan Adhima Efwandaputra, punya hobi jalan- jala terutama di kawasan Jalan Trunojoyo, Bandung. Hobi jalan yang sudah dilakukan sejak sekolah menengah atas. Ia pun hobi menghabiskan uang di distribution store atau distro.

Efwan, sapaan akrabnya, mulai timbul perasaan lain. Imajinasi liarnya membawa ke sebuah mimpi. Bilamana dia mempunyai distro dan memajang brand fasion hasil karyanya sendiri. "Waktu itu, ya kami suka ngabisisn duit," ujar Efwan. "Biasalah, pingin ini pingin itu." Impian Efwan baru terwujud ketika usia 23 tahun. Ketika itu, dirinya masih berstatus mahasiswa Jurusan Hubungan Masyarakat Unpad.

Wujud dari usahanya ialah mengajak teman- teman sekampus.
"Karena kami menyukai sepatu, kami jadi tahu kualitas sepatu yang baik seperti apa," jelasnya tentang usaha pertamanya. Tanpa disangka baru sajalah memulai usaha tersebut menarik perhatian.

Bisnis online


Di awal 2010, ia mulai menekuni usaha fashion tetapi modal coba- coba. Mulai coba menjual produk seperti ini. Kemudian membuat aneka produk sendiri seperti sepatu, dompet, dan kaos. Dia juga aktif mengajak beberapa kawan membantunya. Dari satu patner bisnis tidak cocok, ke patner bisnis lain bisa sangat cocok. Kemudian Efwan resmi berpatner dengan rekan sejawat bernama Yusuf Ramdhani.

Keduanya berjalan searah mengembangkan usaha sepatu. Usaha yang sebelumnya tidak punya merek sama sekali. Sekitar Oktober 2010 usahanya terbilang cukup moncer dengan sepatu dan kaos. Lama kelamaan usahanya semakin dikenal karena barangnya menarik di pasaran. Mereka sepakat mengambil nama brand Foremost. Intinya sebuah usaha pembuatan sepatu bot homemade.

Nilai tambah lain adalah footprint -nya.

"Awalnya saya membuat sepatu kets dan kasual," terang Efwan.

Ia menjelaskan tentang aksara Sunda di footprin. Yang kalau diterjemahkan berarti "Indonesia Pride". Itulah pula yang dianggapnya menjadi alasan kemenangan Foremost di ajang wirausaha. Ia  mencetak sejarahnya lewat ajang bernama Wirausaha Mandiri 2011. Dari sana, namanya tercatat menjadi pengusaha muda sukses dikategori kreatif. Usahanya tersebut bahkan mendapatkan perhatian pemodal.

"Nilai tambah dan keunikan ini yang mungkin membuat kami menang," akunya bangga.

Efwan memulai usaha berjualan lewat online. Karena produk bersifat handmade maka tidak sama yang ada di pasaran. Alhasil usaha sepatu ini dijalankan hampir tanpa modal berarti. Istilah Efwan cukup memasang foto, uang masuk ke rekening, dan orderan tinggal dikerjakan. Namun cara ini malah membikin dirinya jadi super kwalahan.

"Pusing. Banyak yang rewel," kenang Efwan. Mereka terlanjur pegang uang sementara produksi masih dalam proses berjalan. Nah, para pembeli ini rewelnya minta ampu meminta kapan produknya jadi. Untuk itulah muncul ide memakai konsep ready stock. Produk itu diproduksi dahulu kemudian baru dipostingkan.

Produk kemudian difokuskan di sepatu kulit. Ia juga mulai mengeplorasi bentuk sepatu. Efwan mulai mencari ciri khas produknya. Cirinya yaitu memakai kulit sapi berkualitas baik. Juga dibuat secara handmade (buatan tangan) jahitan rapih. Foremost juga menambahkan spons insole agar memberikan kenyamanan ekstra. Sementara outsole -nya dibikin original sole berbahan dasar karet matang.

Mengenai rujukan gaya mengambil fashion western yang digemari anak muda. Untuk menonjolkan adanya kesan etnik maka ditambahlah aksara Sunda. Dipatri ditulis dibawah sole Foremost yang membentuk bentuk kepulauan Indonesia. Efwan menginginkan Foremost menjadi brand terkemuka Indonesia; tak masalah jika modal cekak.

Arti Foremost


Menurut bahasa Foremost sendiri berarti terkemuka, kalau diturunkan ke Indonesia berarti mengemukakan Indonesia kepada Dunia. Memadukan cita rasa barat agar mudah diterima siapa saja diluar. Sementara itu juga bisa masuk ke dalam hati masyarakat Indonesia.

"Tulisan aksara Sunda itu sebenarnya bertuliskan Indonesian Pride. Kita ingin menjadikan Foremost sebagai kebanggaan orang Indonesia," jelasnya lebih dalam.

Ternyata Efwan tidak main- main soal mimpinya. Dia menyebut sepatunya dirancang senyaman mungkin bagi pengguna. Pengalaman panjang dan hobi sepatu membuatnya kuat. Agar tidak jenuh, adanya produk seperti dompet, jaket, dan kaos menjadi tambahan. "Rata- rata 30- 40 pieces melalui online dan 30 pieces untuk offline," terang Yusuf, patner Efwan yang fokus pada marketing.

Target panjang Yusuf menjelaskan untuk Foremost adalah menguasai pasar Internasional. Termasuk sukses buat masuk ke Asia, utamanya di Singapura. Mereka mengcampaign Foremost for the People. Kata- kata itu artinya adalah meng- foremost- kan orang. Atau ingin dibicarakan, dikenal, dan dipakai tuturnya lagi. Dia bersama Efwan terus mencoba menggebrak lewat brand lokal cita rasa internasional.

Menurut Efwan sendiri keilmuan menjadi kendala utama pebisnis. Sebagai pengusaha muda itu menurutnya bermasalah di manajemen dan keuangan. Ia sendiri memfokuskan hal tersebut selama perjalanan bisnis. Dia bahkan belajar merancang rencana keuangan sendiri. Proses marketing sendiri dibuat isitilah zona market  horizontal. "Kalau ini tidak terlalu bermasalah asal tak bodoh banget tentang Facebook dan Twitter," katanya.

Sukses lewat sosiak media tinggal masuk ke pasar offline. Untuk ini dibutuhkan pusat distribusi- distribusi yang kuat. Lain hal dengan maen online dimana uang datang barung barang. Dia memanfaatkan pasar yang bersifat curated market atau pasar terkurasi. Untuk itulah ia mulai rajin membawa masuk ke ajang pameran. Disana terseleksi sendiri sesama brand lokal. Ajang curated market bidikannya adalah pameran Trademark dan Brightspot.

Pemasaran Foremost mengikuti tiga market menggiurkan. Selain menarget pasar anak muda, Foremost juga menyasar wanita, pengguna internet pada umumnya atau mereka orang tua yang mau bergaya masa kini. Tapi fokus produk sepatu bot kulit ini tetap di pasar anak muda. Khususnya anak muda, terspesialnya buat anak cowok Putusan tersebut dirasa tepat karena segmen pasarnya. Plus tim kerjanya adalah seratus persen itu cowok.

Jujur Efwan belom berani melangkah masuk ke pasar perempuan. "Kalau cowok seumuran ini, kitalah yang paling mendalami," jelasnya. Takutnya mereka akan "ngeblur" ketika berhadapan dengan pasar cewek. Dia juga menambahkan produk lain sebagai bentuk fokus. Difersifikasi barang macam dompet dan kausnya itu seolah menegaskan konsepnya. Untuk pasar sendiri, maka seperti hal produk lain, Efwan telah siap semua kalangan.

Segmen menengah bawah akan diisi oleh McMaker. Brand dibawah Foremost ini memang berharga murah meriah. Tetapi rata- rata penjualan menembus 300 pasang. Disisi lain, produk Foremost -nya memang harus diakui lebih ke musiman. Foremost cuma menembus angka 200 pasang sebulan. McMaker merupakan bantalan agar modal berputar. Namun, karena sambutan baik, maka jadilah salah satu produk utama dijual Rp.120- 300 ribu.

"Kalau Foremost seperti menjual Mercy, McMaker seperti jualan Avanza," lurus pria kelahiran 11 Agustus 1989 ini.

Catatan: ketika ke halaman sosial media Foremost memutuskan menghentikan sementara usaha. Tidak ada kejelasan mengenai hal tersebut. 

Profil Pengusaha Wildan Mathlubi




Ide bisnis dari pengalaman semasa praktek kerja lapangan (PKL), bisa menjadi pilihan kamu. Ambil contoh kisah sukses pemuda bernama Wildan Mathlubi. Alkisah semuanya dimulai dari kerja praktik di pabrik fillet ikan. Nah, disana dia menemukan fakta bahwa banyak limbah berceceran. Utamanya limbah kulit ikan yang sebenarnya masih bisa diolah. Ide bisnis menggunakan bahan baku kulit ikan muncul.
Berawal keinginan mengolah kembali limbah kulit ikan. Pengusaha muda 25 tahun ini mulai mengerjakan apa yang dipercayainya. Sejak saat itu, semenjak bekerja lapangan di pabrik fillet ikan Jakarta pada 2005, putra pasangan H. Tatang Sudrajad dan Sri Halawiyah ini, cukup memanfaatkan kulit ikan terbuang yang mencapai puluhan kilogram.

"Dari yang saya tau, kulit ikan itu mengandung banya protein," jelasnya. Maka terbersitlah ide tersebut ketika dia bekerja disana.

Dimulai ketika dirinya masih sebagai mahasiswa jurusan perikanan IPB. Ia memulai dari level paling bawah. Dimana modal awalnya cuma Rp.200.000 saja. Uang tersebut dibelikan bahan baku kulit ikan patin dan juga ikan kakap dari Muara Angke sebanyak 10 kilogram. Cuma bermodal peralatan sederhana kemudian dia dan satu orang karyawan sukses. Jadilah olahan kerupuk kulit ikan kaya protein tersebut.

Sasaran utama produk olahanya adalah masyarakat menengah ke bawah. Kerupuk tersebut lantas diberinya nama Willy. Dimana, ia jual seharga Rp.500/bungkus kecil dan Rp.4.500/ons, untuk kemudian dipasarkan ke restoran dan warung- warung makan. Berkat tempat tinggal yang dekat pasar, yakni Kelurahan Pasir Kuda RT 03 RW 04 Kecamatan, mudahlah Wildan menjual produk unggulannya. Responnya menjadi begitu sangat masif.

CV Usaha Muda miliknya kemudian menjadi Alfa Dinar. Usaha bermodal Rp.200 ribu itu terus mengalirkan keuntungan. Dia menuturkan usahanya mampu memproduksi 4 kuintal kulit ikan patin/bulan, 4 kuintal kulit ikan kakap/bulan, dan 1 kuintal daging ikan/bulan. Soal omzetnya mencapai melejit sampai Rp.20 juta per- bulan. Ia tidak hanya di Bogor, tetapi meluas sampai Jakarta, Bandung, Bekasi, Tangerang, Purwakarta, dan Surabaya.

"Saya memiliki agen di daerah-daerah agar mempermudah proses pengiriman barang," papar Wildan, yang kini dibantu 8 orang karyawan.

Memotifasi diri


Memiliki usaha maju membuat pengusaha muda ini semakin agresif. Bahkan Wildan terus berkreasi lewat apa yang dikerjakannya. Ia semakin serius mengerjakan kerupuk kulit ikan pating. Kemudian menjalar ke aneka ikan lain. Usaha ini membantu banyak orang loh, mereka para tetangga yang ikut membantu bekerja keras. Selama dua tahun berjalan usahanya tumbuh tanpa terkendala apapun.

Memiliki latar belakang Fakultas Perikanan menjadikan itu modal. Pemuda 25 tahun ini mempunyai beragam inovasi. Melalui proses sebulan percobaan, Wildan melahirkan cemilan baru di Juli 2007. Camilan keripik ikan teri kelapan dan dendeng ikan. Produk kerja samanya dengan nelayan asal Tuban, Jawa Timur dan Cirebon, Jawa Barat. Ikan memang begitu melimpah di kedua daerah tersebut dan dipandangnya sebagai prospek.

"Bahan bakunya cukup banyak sehingga memudahkan untuk suplai bahan baku," ujarnya.

Prospek yang cerah didukung oleh respon masyarakat. Ia kemudian membuat kerupuk berbahan dasar ikan tongkol yang dijualnya seharga Rp.50.000/kg. Tak disangka permintaan dari luar semakin deras mengalir ke perusahaanya. Jadilah Wildan harus mencari lebih banyak tenaga kerja. Ia mengisaratkan tidak ada syarat khusus bagi mitranya.

"... asalkan mau bekerja keras bersama- sama, punya kejujuran dan kamauan keras," pungkasnya.

Untung bersih rata- rata dikantungi 30% dari omzet penjualan. Alfa Dinar miliknya semakin bersinar berubah menjadi perusahaan besar. Metamorfosis tersebut dibuktikan di tahun 2008. Dimana Wildan mulai bekerja sama dengan perusahaan terkumka di kawasan Muara Baru Jakarta Utara. Bentuk kerja sama berupa siap menjadi agen memasarkan produk olahan ikan.

Dia membidik segmen mahasiswa dan pelajar. Produk olahan ikan berupa bakso, otak- otak, dan juga kaki naga. Melalui kerjasama tersebut, ia mulai belajar membuat aneka bakso ikan sendiri. "Tujuan kami dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat," tambah Wildan. Berkat kerja kerasnya tersebut nilai aset perusahaan naik. Faktor inilah yang membuat Wildan bahkan berani merambah diluar bidangnya.

"Dalam waktu dekat saya juga berencana menciptakan berbagai aksesoris dari kulit ikan," urai Wildan.

Meski tergolong anak baru gede di bidang industri ikan. Wildan terbilang percaya diri akan kemampuannya. Ia bahkan telah merambah sektor diluar makanan. Dia menyulap aneka kulit ikan menjadi aneka aksesoris. Inspirasi datang ketika mendapati satu fenomena. Fenomena kulit yang terlalu tebal buat dibikin kerupuk ataupun keripik. "ada juga yang tidak dijadikan keripik karena terlalu tebal dan hasilnya keras," jelas Wildan.

Wildan memperoleh sekitar 25- 30 kilogram ikan patin dan kakap. Sayangnya, tidak semuanya bisa diolah menjadi keripik ikan. Dari sana juga tidak bisa dijadikan kerupuk ikan. Alhasil perusahaanya menghasilkan limbah menumpuk. Untuk itulah dibawanya contoh kulit tersebut ke Departemen Kelautan Perikanan (DKP). Hasilnya, mereka DKP pun setuju akan konsep diberikan Wildan tentang aksesoris.

Bahan baku setengah jadi tersebut kemudian dipilah. Karyawan Wildan mulai sibuk memilah kulit yang layak dijadikan bahan aksesoris. Untuk tahap awalnya kulit dibawa dahulu ke laboratorium DKP. Diman disanalah dilakukan standarisasi pewarnaan dan pengawetan. Ini dipastikan terpisah karena menggunakan bahan kimia pengawet; Wildan tidak sembarangan.

"Setelah berubah ke bahan setengah jadi kemudian dikembalikan ke kami untuk diolah," terangnya.

Juara ketiga ajang The Real Business Plan Training Series IPB 2004 ini, menyebut bahwa dirinya optimis akan usaha barunya tersebut. Wildan masih percaya bahwa aksesoris kulit ikan akan diterima masyarakat. Dia bahka berencana besar membuat aneka alas kaki berbahan kulit ikan. Adapula aneka aksesoris seperti dompet dan aneka gantungan kunci. Cuma kata semangat yang terus dikobarkan Wildan Mathlubi sampai sekarang.

Profil Pengusaha Febria Purnomo Puspo


 
Lewat promosi online, siapa sangka Febri Purnomo Puspo bisa seperti sekarang. Febri kini adalah seorang pengusaha muda sukses. Berkat usaha kulit ditambah promosi online bisnisnya menjadi juara. Seperti ditulis oleh bisnisukm.com: Pria lulusan Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta tahun 2008 ini cukup mempraktikan ilmunya Apa- apa yang didapatnya ketika masih berkuliah dulu. Ia mempraktikan cara menyamak kulit itu sendiri.
Pertama kali, bersama rekan- raknnya memulai memproduksi kulit sendiri, kemudian mulai memproduksi aneka barang jadi. Hasil pertamanya ialah aneka jaket kulit dan lantas fokus di tas kulit. Usaha yang dimulai sejak 2011 ini memang bermodal pas- pasan. Dia mengandalkan sistem dijahitkan orang lain. Pertama kali itu Febri hanya memanfaatkan sistem titip jual di toko sekitaran Yogyakarta.
"Sebelum mengenal dunia online, kami memasarkan produk dengan sistem titip jual di toko-toko yang ada di sekitar Yogyakarta dan melayani beberapa reseller yang masuk," terang Febri.

Sejalan waktu bisnisnya berkembang, tanpa sungkan Febri membuka lowongan penjahit. Utamanya penjahit tas kulit lewat berbagai media. Melalui penjahit sendiri kapasitas produksi meningkat. Ia lantas menggunakan jasa sosial media. Tanpa keraguan dirinya memperkenalkan Tas Kulit Berliano. Tanpa disangka hasilnya itu malah diluar dugaan. Melalui sistem online itulah sukses pengusaha muda ini moncer.

Mereka punya Facebook dan toko online www.berliano.com. Disana lah banjir pesanan datang. Berjalanan waktu hingga bisa mendapatkan alur distribusi tepat. Fabri berani berekspansif usahanya telah memproduksi 3 ton kulit, yang sebelumnya 1 ton per- bulan. "Alhamdulillah sudah bisa berproduksi 3 ton kulit per- bulannya," ujarnya mantap. Mulai membuat bahan baku, penyamakan, dan proses produksi dilakukan di satu tempat.

Usaha hulu- hilir telah dikuasai Febri sendirian. Dulunya cuma bisa berproduksi dibawah 1000 sqf. Sekarang sudah bisa menghasilkan 5000 sqf per- bulan. Usahanya dibantu 3 orang karyawan dibagian penyamakan kulit, 8 orang dibagian tanaga jahit, dan 2 orang lagi dibagian admin web (toko online). Setiap bulan melalui mereka lah, Febri mampu memproduksi 200 pcs tas kulit dan dompet 150 pcs per- bulan.

Soal kendala diakuinya adalah menganai bahan baku mentah. Dia mencontohkan harga yang terus naik tetapi kualitas cenderung tidak stabil. Lewati kendala itu Febri mulai membuat kulit artikel sendiri. Bahan yang cocok digunakan menjadi bahan baku tas. Sedangkan bahn kulit tidak memenuhi kecocokan dialihkan. Dia menjadikan itu barang- barang kecil seperti tasel, gantungan kunci dan lain- lain.

"Kedepannya saya ingin lebih fokus memperhatikan infrastruktur untuk operasional produksi," jelasnya. Ia mencontohkan lagi seperti drum besar untuk penyamakan. Drum yang semakin besar akan menampung lebih banyak kulit. Kemudian dia pengen mempunyai gudang kulit, membuka toko offline di pusat jantung ekonomi Yogyakarta.

Profil Pengusaha Sutarmanto


 
Cinta produk kulit membawanya kembali. Meski sempat berbisnis donat, nyatanya, Sutarmato lebih asik menggarap bisnis fashion. Utamanya fashion kulit yang sudah dikerjakannya semenjak muda. Dia dulu pernah bekerja menjadi manajer PPIC sebuah perusahaan kulit asing. Mereka mensuplai aneka produk kulit dunia seperti Pierre Cardin, Tommy Hilfiger, Burton, Harley Davidson, dll.
Sayangnya, ketika krisis ekonomi menerpa membuat perusahaan tutup, begitu pula nasib pekerjaannya yang ia banggakan. Tutuplah tumpuan hidup seorang Sutarmato. Bekerja menjadi pegawai puluhan tahun begitu saja hilang. Ia terpaksa menghidupi diri lewat berjualan donat. Selain itu masih bekerja sana- sini tetapi tidak kunjung memiliki pendapatan tetap.
Perusahaan memilih merelokasikan pusatnya ke China.
"Setelah berhenti bekerja, saya sempat jualan donat yang saat itu lagi booming," pungkasnya.
Dia mulai berjualan ke sekolah- sekolah. Namun 2- 3 tahun kemudian mulai turun pendapatan. Apalagi kalau bukan terlalu banyak orang berbisnis sama. Masuk pertengah 2000 nasib baik datang kepadanya. Lewat apa yang pernah dulu dikerjakannya. Modal awal Rp.24 juta diambil dari dana pensiun. Modal lainnya, ya, pengalaman bekerja dibidang yang sama.

Sutarmato membuka usaha kulit sendiri. Produksi awalnya adalah aneka jaket kulit dan celana kulit. Respon positif didapatnya. Dia mulai menghubungi mantan rekan kerjanya di perusahaan dulu. "Saya menghubungi teman- teman yang dulu sama- sama kerja di pabrik itu dan sedang menganggur," tuturnya.

Mereka sepakat membuat kembali produk kulit standar ekspor. Mereka adalah para pemili keahlian khusus dari tukang potong, tukang pola, tukang jahit, dan lain- lain. Sukses kemudian dipajang lah aneka produk kulit itu di depan ruko kecil ukuran 2x5 meter. Tempat itulah awal mula berdatangan pesanan aneka produk kulit milik Sutarmato.

Sukses besar


Andalan utama selain kualitas adalah marketing nama Kulit Kalong. Usaha yang terdengar ngejreng kalau kita sandangkan produk sejenis. Pengusaha lokal ini mengaku jaket kulitnya bukan dari kulit kalong loh. Dia mengambil nama tersebut juga bukan tanpa sebat. Sutarmato beralasan ketika memulai bisnis baru ini, para penjahit harus bekerja keras di malam hari. Mirip binatang kalong yang aktif bekerja ketika malam tiba.

Mereka para kalong bekerja keras tetapi menghasilkan. Hasilnya jaket dan celana kulit kualitas ekspor. Ia juga berani berekspansi lewat aneka produk lain. Semua berdasarkan permintaan pelanggan dari dompet, sepatu, tas, ikat pinggang, sarung tangan, bahkan topi kulit. Harga dipatok berfariasi sesuai jenis produk yang dibeli. Untuk bahan baku sendiri terbuat dari kulit kambing asli, sapi ataupun kulit domba.

Kulit- kulit tersebut disamaknya ke pabrik besar agar terstandar. Dia juga punya suplier kulit dari Bandung, Jawa Barat. Selain lokal, usaha Kulit Kalong juga mengimpor kecil- kecilan ke Korea Selatan dan Italia. Ia bisa menjual rata- rata 200 item per- outlet. Kalau bicara produk paling dicari, yah apalagi, kalau bukan aneka model jaket kulit. Pelanggan datang dari Bogor, Jakarta, beberapa dari Sumatra dan Kalimantan.

"Biasanya mereka datang langsung," paparnya. Harga jual jaket kulit mulai Rp.650 ribu- Rp.3 juta, kemudian ada sepatu kulit harganya Rp.400- Rp.500 ribu, dompet kulit harga Rp.200 ribu- Rp.500 ribu, topi seharga Rp.100 ribu- Rp.250 ribu, ikat pinggang mulai Rp.350 ribu- Rp.600 ribu, tas wanita Rp.700 ribu- Rp.4 juta, dan tas pria Rp.1,5 juta- Rp.3 juta.

Dia juga memanfaatkan internet berjualan secara online. Pembeli pun bisa berkunjung langsung ke tempat dia berjualan. Untuk target pasaran bervariasi menyesuaikan. Kalau remaja menurutnya lebih suka model yang lebih fashionable. Untuk kalangan pekerja memilih yang terproteksi berkendara, dan kelompok pekerja di kantoran lebih ke semi- jas. Soal kualitas dirinya siap diadu dengan produk sejenis; dibuktikan harga relatif mahal.

Tetapi bukan itupula lah patokannya tetapi nama. Brand Jaket Kulit Kalong sudah tersohor memiliki kualitas lebih baik. Dengan proses pemasakan yang sempurna. Kulit dibuat berdasarkan standar impor bukan cuma lah mengejar pasar lokal. Meski bahannya sama tetapi cara memasaknya sudah bagus.

"Kalau yang murah biasanya dipakai sebulan saja sudah kusut atau menyusut dan bau. Kalau produk kami jaminan tidak bau, tidak luntur, tidak mudah menyusut," ungkap Sutarmoto.

Kendala? Tidak ada, dia merasa mudah saja soal menjalankan bisnis jaket kulit ini, cuma saja tenaga kerja susah didapat. Bayangkan ketika bahan baku mencukupi tetapi penjahit handal jarang. Dia sendiri punya 3 outlet berlokasi di Bogor, Jawa Barat, dibantu 15 orang karyawan. Sutarmoto sendiri optimis akan kemajuan usaha miliknya. Pasalnya pertumbuhan sepeda motor terus meningkat.

"...orang makin tau kalau pakai jaket kulit asli lebih awet bisa sampai 20 tahun," ujarnya. Dia menambahkan lagi,"kalau sintetis paling 1 tahun."

Ia berharap usaha 13 tahun ini bisa terus berkembang. Sutarmoto berharap jaket kulitnya semakin disukai oleh masyarakat. Soal ekspor masih pada tahapan menjual lewat orang ke ketiga. "Sementara fokus pasar lokal saja," tutupnya.

Website: www.kulitbogor.com